Banyak orang bertanya, ustadz yang menjadi pembicara itu
sebenarnya di bayar oleh siapa sih ? dan berapa biaya nya .
Memang tidak ada yang mengetahuinya, bahkan yang
mengetahuinya hanya orang orang ustadz tersebut . seperti misalnya sebuah acara
undang ustadz solmed , maka orang” ustadz
solmed lah yang mengetahui dan menetapkan harga.
Tidak ada harga yang pasti dalam hal ini, seperti berita yang saya kutip dari islampos.com, jangan kaget bacanya ya :
Tidak ada harga yang pasti dalam hal ini, seperti berita yang saya kutip dari islampos.com, jangan kaget bacanya ya :
Ummat: “Ustadz Ganteng, mohon maaf, berapa ya kami perlu
ganti untuk transportasi?”
Ustadz Ganteng: “Untuk administrasi aja ya, sediakan aja 30 juta, 10 juta dibayar di depan ke account saya. O ya, kalo nggak jadi DP-nya angus ya..”
CERITA di atas bukan rekaan. Tapi betulan terjadi. Dalam beberapa tahun belakangan ini, bermunculan begitu banyak ustadz di negeri kita. Yang paling membuat ustadz-ustadz ini begitu dikenal secara cepat, salah satunya adalah karena media massa, khususnya elektronik atau televisi. Tampil di televisi, maka dipastikan si ustadz itu akan langsung terkenal. Tak peduli, kapasitas ilmunya memadai ataupun tidak.
Ustadz-ustadz ini kemudian menjadi buah bibir masyarakat. Segala kehidupannya disorot oleh infotainment. Tak ada bedanya sama sekali dengan para artis. Termasuk juga soal urusan ranjang, mereka beberkan di depan publik.
Yang juga menggelitik sebagian kalangan, berapa tarif
mereka?
Ust. Ahmad Sarwat, yang pernah mengelola dan menjadi Pemimpin Redaksi situs berita Islam eramuslim mengatakan bahwa, “Ramadhan kemarin ada panitia ceramah yang ngaku terus terang ke saya bahwa seharusnya yang diundang bukan saya, tapi ustadz X. Tapi gagal gak jadi diundang lantaran pihak manager gak mau turun lagi TARIF-nya dari angka 30 juta untuk ceramah 15 menit menjelang buka puasa. Akhirnya yang diundang saya yang bisa dikasih “syukron” doang.”
Laporkan iklan?
Di jejaring sosial Multiply atau tepatnya thetrueideas, seseorang menulis: “…….dulu pernah menjadi bagian dari “dakwah jutawan” semacam ini, contohnya ingin mendatangkan seorang dai dari bandung, mungkin hampir 100 jutaan, alasannya sich mereka punya kantor, punya anak buah yang harus dibiayain, uang hotelnya (minta hotel yang bagus/mahal), dan saat kita minta datang sendiri atau paling tidak minimal dengan beberapa orang saja maka bagian agennya bilang tidak bisa karena harus datang dengan rombongan, karena tidak ada dananya maka yang begitu itu tidak jadi dilakukan. Pernah denger juga cerita, jadi di kampus saya pernah mau datangi seorang ustadz. Bliau bersedia asal dibayar minimal 40 juta. Gilaaaa!!!”
Sementara dari id.answers.yahoo, seorang lain berkomentar: “…honornya untuk setiap acara berbeda tetapi minimum sekarang 15 juta, ada yang bahkan memberikan ratusan juta rupiah, karena memang beliau tidak mau menetapkan tarif, jadi terserah yang memberi (yang memiliki acara) dan 5 juta setiap pertemuan untuk acara2 yang tampil secara rutin di televisi.”
Wajar Saja, Ustadz Juga Manusia?
Menanggapi hal ini, banyak pihak terbelah dalam pro dan kontra. Secara eksplisit, seorang ustadz menanggapi bahwa hal-hal seperti ini terjadi karena sang ustadz masuk wilayah komersial di televisi. Dalam industri televisi, semua acara adalah jualan untuk menyedot pemirsa. Semakin banyak pemirsa, semakin banyak iklan. Dari iklan-iklan tersebutlah biaya yang digunakan untuk membayar tarif ceramah ustadz-ustadz itu.
Namun, sang ustadz yang sering muncul dengan konsep sedekahnya, juga mengatakan bahwa tidak seharusnya itu dibawa ke khalayak luas, dalam artian umat. “Tidak elok menentukan tarif,’ ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar